SELAMAT DATANG DI BLOG RESMI BADRUDDIN MUHAMMAD

Senin, 29 Juni 2009

TASAWUF: DISIPLIN ILMU YANG SUDAH TUNTAS

oleh: Badruddin
Para sufi tidak identik dengan orang-orang yang selalu mengembara, meninggalkan kampungnya, memilih hidup di tempat yang sepi seperti di gua-gua di lereng bukit yang menghadap ke pantai, berpindah-pindah dari kuburan ke kuburan. Tasawuf bukanlah mengenakan pakaian lusuh dan compang-camping, sekalipun ada juga orang yang beranggapan bahwa hal ini merupakan fenomina dari tarikat tertentu. Tasawuf yang sebenarnya adalah bengkel ruhani, ilmu yang dapat menjaga kesucian jiwa, ilmu yang dapat menjaga kebersihan hati, ilmu yang dapat menghidarkan seseorang dari hal-hal yang tidak terpuji dan tidak memiliki nilai ibadah di sisi Allah SWT. Tasawuf adalah institusi ruhani yang sempurna dan tidak memiliki hubungan dengan paham-paham yang keliru dan menyimpang dari syari’at. Referensi tasawuf adalah al-Qur’an dan Sunnah Nabi SAW. Tasawuf adalah muraqabatullah, yaitu adanya suatu kesadaran yang tinggi bahwa telah terjadi jalinan yang tidak pernah putus antara diri seorang hamba dan Allah. Hal ini dibenarkan Nabi SAW., sebagaimana sabdanya:
الإحسان أن تعبد الله كأنك تراه فإن لم تكن تراه فإنه يراك
Karena itu, ilmu tasawuf sangatlah berbeda dengan ilmu kalam, ilmu fikih, ilmu hadits dan ilmu-ilmu lainnya, akan tetapi tasawuf memiliki keterkaitan dengan ilmu-ilmu itu. Tasawuf adalah disiplin ilmu yang sudah tuntas, dari sumber yang jelas dan memiliki kaidah-kaidah yang sempurna. Adalah bukan sikap ulama dan intelek jika masih menanyakan atau mengatakan bahwa: “Kami tidak pernah mendengar kata tasawuf digunakan oleh Rasulullah semasa hidupnya untuk memberikan penamaan atau penyebutan terhadap sebagian dari ajaran Islam.” Sehingga dengan pernyataan seperti itu, lalu keberadaan tasawuf diingkari. Tidak demikian halnya, karena di masa Rasulullah bukan hanya tasawuf, tapi semua dari ajaran Islam belum terbagi-bagi kepada beberapa disiplin ilmu seperti yang dikenal kemudian.
Tasawuf dinamakan demikian, karena memang beberapa zahid telah menggunakan shuf (wool) karena mereka ingin memberikan kritik social terhadap fenomena dari sikap dan penampilan para pengusa yang lebih menyukai kesenangan dunia. Jadi dengan demikian sesungguhnya apa yang terkandung di dalam tasawuf tidak begitu memiliki hubungan yang erat dengan penamaan atau penyebutannya yang diidentifikasikan kepada pakaian yang terbuat dari bulu domba (wool).
Ketika fikih mengajarkan tentang hukum-hukum sayar’, seperti bagaimana kita melakukan shalat, berapa rakaat, bagaimana kita bersesuci untuk shalat, bagaimana kita berpuasa, supaya semua itu dapat dikatakan sah karena telah memenuhi syarat dan rukunnya, maka tasawuf memperhatihan aspek batin dari ibadah itu, ialah kekhusyu’annya, bagaimana menjalankan ibadah dengan hati yang tulus.
Dengan demikian maka tasawuf adalah melatih dan menempa jiwa, memperbaiki yang telah rusak, mengobati luka yang timbulkan oleh berbagai penyakit ruhani dan melindungi ruhani ibarat raja dalam istana. Wallahu ‘alam bishawab.

0 komentar:

Template by - Abdul Munir - 2008